Pelak
saja Nisa langsung mendatangi kantor Polres Manado bersama kakaknya
untuk menanyakan mengenai tidak diundangnya pihak keluarga untuk
menyaksikan rekonstruksi terbunuhnya wartawan Metro, Grup Harian
Komentar.
"Kami
heran saja, kenapa pihak Polres Manado tidak mengundang kami keluarga
untuk saksikan rekonstruksi. Padahal sebelumnya polisi sudah janjikan
untuk bisa terus memantau perkembangan pembunuhan," tukas Nisa.
Kapolres
Manado, Kombes Amran Ampulembang melalui Kasat Reskrim AKP AA Nanang
Nugroho Sik dikonfirmasi mengatakan, semua itu ada pertimbangan
penyidikan.
"Masalah
kenapa pihak keluarga korban tidak beri informasi bahwa itu semua ada
pertimbangan penyidik. Dan kami berjanji akan memberikan keadilan kepada
keluarga meskipun tidak dihadirkan dalam rekonstruksi kali ini,"
katanya.
Seperti
diketahui insan Pers kembali berduka atas meninggalnya Aryo Linggota
(26) warga Kelurahan Banjer Lingkungan 1, bekerja di Harian Metro.
Almarhum meninggal dengan 14 luka tusukan benda tajam.
Berdasarkan
pengakuan rekan korban Umar Raiz biasa disapa Ego (21), warga yang
bersama dengan korban, awalnya sekitar pukul 3:30, Jumat pagi tadi,
berencana membeli Nasi Kuning (Naskun) dengan mengendarai sepeda motor
korban. Saat berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP) Kelurahan Tikala
Baru, motor yang ditumpangi korban bersama Ego mogok ditengah jalan.
Selang
beberapa menit, Ego mengaku mendengar suara lelaki yang berteriak
menyebutkan Koban merupakan pelaku yang membunyikan gas motor dengan
kencang. Berawal dari suara itu, 2 orang yang tidak dikenal datang
sambil membawa batu digenggaman mereka dan menghampiri korban dan saksi.
Saksi
yang saat itu berjarak 3 meter dari korban berteriak kalau bukan mereka
yang membunyikan motor dengan kencang. "Bukan torang yang gas-gas
motor," kata Ego.
Umar
Raiz (Ego), Saksi Pembunuhan yang juga teman Korban Saksi pun melihat
korban mulai dikerumuni banyak orang, pelak saja saksi menghindar dan
mencari pertolongan namun tetap kembali ke lokasi kejadian sebanyak tiga
kali. Saat kembali ke TKP untuk ketiga kalinya, saksi melihat korban
sudah tertelungkup bersimbahkan darah dan Selanjutnya saksi dibawa pihak
kepolisian untuk dimintai keterangan. Saksi juga mengakui bahwa, korban
sempat menelepon temannya bernama Ipay dan Saksi juga tidak melihat
secara langsung terjadinya penikaman, karena dirinya sibuk mencari
bantuan.
Pengakuan
Ipay, rekan korban yang sempat dihubungi korban, bahwa korban sempat
menelepon dirinya sebanyak 2 kali, untuk menanyai posisi Ipay. Saat
korban menelepon kedua kalinya, pembicaraan yang kurang lebih 2 menit
tersebut langsung terputus. Berselang 5 menit, Ipay menerima sms yang
menyebutkan kalau, korban telah ditikam.
Pelaku
pembunuhan Jimmy Kansil (15) seorang siswa SMP dibekuk di rumahnya di
Kelurahan Dendengan Dalam, saat sedang tidur. Jimmy tak bisa berkelit,
ia mengakui semua perbuatannya. Sebilah pisau pun diamankan sebagai
barang bukti.
Kepada
Polisi, Jimmy menjelaskan, ia menganiaya Ryo hingga tewas, karena
menyangka korban yang membuat keributan di sekitar lokasi duka di
Kelurahan Tikala Baru. "Saya kira dia (Ryo) yang buat keributan,"
ujarnya.
Tanpa bertanya duduk masalah, Jimmy mengungkapkan langsung menikam korban.
Ia
menjelaskan, sasaran pertama pisaunya di dada sebelah kanan, kemudian
menyasar lengan kanan. Tusukan ketiga di leher membuat ryo jatuh dari
sepeda motor, setelah itu, Jimmy mengatakan, tak hafal lagi, berapa
tikaman yang ia layangkan. Dari hasil autopsi setidaknya ada 14 luka, 11
di antaranya luka tusukan, sisanya sayatan.
Usai
menikam, kata Jimmy, ia bersama empat rekannya meninggalkan korban
tewas di lokasi kejadian. Meski korban sudah terkapar tak berdaya, tak
ada usaha mereka untuk menolong korban.
Post a Comment
Komentar Sobat sangat bermanfaat untuk perkembangan blog ini. Terima Kasih!!!